Abstrak

Perilaku seksual adalah bentuk tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, mulai dari perasaan tertarik, berpacaran, bercumbu sampai bersenggama, objek seksualnya bisa berupa orang lain atau dirinya sendiri. Perilaku seksual bebas adalah perilaku seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual bebas adalah usia pubertas, frekuensi pertemuan dengan pacar, interaksi orang tua dengan anak, pola asuh orangtua, status ekonomi, peran teman sebaya, mengkonsumsi minuman beralkohol serta penyebaran informasi melalui media massa. Faktor peran teman yang kuat dan negatif merupakan faktor paling tinggi yang menyebabkan perilaku seksual bebas pada remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual bebas pada remaja di SMAN 16. Desain penelitian ini korelasi dengan pendekatan Cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja di SMAN 16 yang berjumlah 1.089 siswa. Jumlah sampel dari penelitian ini 200 responden dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisa data univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan spearman rank dengan hasil dari 200 responden menunjukan bahwa sebagian besar 66,5% atau 133 responden memiliki peran teman sebaya lemah sedangkan hampir separuhnya 33,5% atau 67 responden memiliki peran teman sebaya kuat dan sebagian besar 69% atau 138 memiliki perilaku seksual bebas rendah, sebagian kecil 21,5% atau 43 responden memiliki perilaku seksual bebas sedang dan sebagian kecil 9,5% atau 19 responden memiliki perilaku seksual bebas tinggi. Hasil analisa diperoleh p-value 0,001 yang artinya terdapat hubungan antara peran teman sebaya dengan perilaku seksual bebas pada remaja di SMAN 16 dengan nilai korelasi 0,805 yang menunjukan bahwa kekuatan korelasi sangat kuat. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara peran teman sebaya dengan perilaku seksual bebas pada remaja di SMAN 16. Peneliti menyarankan pihak sekolah untuk memfasilitasi siswa/i agar membentuk kelompok belajar, seperti kelompok olahraga atau kelompok keagamaan.